Melihat sejarah gerakan perempuan di Indonesia salah satunya diinisiasi oleh tokoh perempuan yang lahir di Jawa Tengah, tepatnya di Jepara, yakni R.A Kartini. Semangat emansipasi beliau sudah selayaknya menjadi spirit pergerakan perempuan di Jawa Tengah termasuk KOPRI. Kartini mungkin lebih dikenal sebagai tokoh kesetaraan gender, namun sebetulnya ia adalah pahlawan bangsa. Karena dalam melihat realitas pada masanya, ia memandang bahwa dalam memajukan bangsanya ia perlu memajukan kaum perempuannya terlebih dahulu. Maka sudah sangat jelas salah satu penentu keberhasilan pembangunan adalah kualitas perempuan didalamnya.
Sejak berdirinya KOPRI pada tanggal 25 November 1967 KOPRI telah mengalami berbagai macam dinamika di ruang internal maupun eksternal sampai sejauh ini. Dinamika internal yang dimaksud adalah bagaimana KOPRI selama ini mengalami pergantian nama dari departemen keputrian di PMII, kemudian berubah menjadi KOPRI, KOPRI yang sempat dibubarkan, hingga KOPRI didirikan kembali sampai sekarang. Dari segi eksternal, KOPRI mengalami berbagai macam arah gerakan pula. Dari sebelumnya yang masih sebatas ruang bagi kader perempuan di PMII dalam melakukan aktifitas perempuan seperti menjahit dan memasak, sampai akhirnya peran KOPRI menjadi lebih nyata dan bermanfaat bukan hanya bagi warga pergerakan saja tetapi masyarakat luas.
Berbicara harmoni pergerakan, maka harus dimulai dari dalam tubuh PMII dan KOPRI sendiri. KOPRI masih menjadi bagian dari PMII dengan tujuan yang sama yakni “Terbentuknya Pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah swt, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertangungjawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Secara keorganisasian, status KOPRI saat ini sebagai Badan Semi Otonom PMII telah berdampak cukup baik karena KOPRI dapat merencanakan dan melaksanakan agenda-agenda kaderisasi KOPRI sendiri dan dapat dipandang sebagai wadah gerakan perempuan yang memiliki SDM yang unggul dalam berbagai bidang. Maka tugas PMII dan KOPRI di Jawa Tengah adalah berkolaborasi dalam agenda-agenda kaderisasi dan membuka ruang seluas-luasnya bagi kader putra maupun kader putri PMII untuk mengaktualisasikan diri di bidang yang dpilih.
Selain kolaborasi dalam kaderisasi, PMII dan KOPRI perlu memiliki sikap yang jelas dan gerakan yang tepat. Sikap PMII dan KOPRI sangat jelas yakni membela ‘Kaum Mustadzafin’, artinya sebagai gerakan perempuan KOPRI harus tetap kritis dalam melihat realitas yang ada. Di Jawa Tengah sendiri angka kekerasan terhadap perempuan masih tinggi. Sampai bulan Juni 2022, tercatat 386 kekerasan terjadi di Jawa Tengah. Data ini dapat menjadi suatu masalah yang perlu diselesaikan melalui gerakan KOPRI Jawa Tengah. KOPRI Jawa Tengah harus hadir sebagai ruang aman dan nyaman dari kekerasan bagi perempuan. Selain dalam gerakan advokasi, gerakan dan strategi KOPRI Jawa Tengah juga harus mengarah kepada penguatan skill dan kepemimpinan kader perempuan sehingga terbentuk kader-kader perempuan yang berkualitas dan siap ikut andil dalam pembangunan yang ada di Jawa Tengah.
Pembangunan Berbasis Riset dan Pengetahuan
Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian kegiatan usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilaksanakan secara sadar oleh suatu bangsa dan negara serta pemerintah dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan pada perkembangan belakangan ini mengalami pergeseran. Pembangunan berbasis sumber daya alam cukup memberikan dampak ekologis. Sehingga saat ini paradigm pembangunan perlu didasarkan pada riset dan pengetahuan. Karena dengan itu akan terwujud pembangunan yang berkelanjutan dan lebih efektif serta efisien.
KOPRI dengan ciri intelektualnya patut melibatkan riset dan pengetahuan dalam mewarnai pembangunan. Hal ini dapat dimulai dari sistem kaderisasi yang didesign dalam rangka penguatan intelektual dan kreativitas, penguatan kepemimpinan kader putri, dan program-program KOPRI sendiri yang dibangun berdasarkan riset dan pengetahuan.
Widad Diana