Perkembangan teknologi dan digitalisasi yang kian bergerak cepat memicu Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) PB PMII, untuk terus mengupayakan bahwa proses kaderisasi tidak hanya adaptif tetapi juga solutif dan produktif. Menghadapi tantangan era 5.0 yang berbicara tentang komunitas digital, kopri menggelar Coaching Clinik kaderisasi Chapter 3 bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Senin (18/10/2021).
Coaching clinik kaderisasi digelar untuk ketiga kalinya diikuti oleh kurang lebih 100 peserta dari berbagai wilayah, kegiatan ini mengupayakan salah satu aksi kopri PB PMII dalam menyikapi tantangan kaderisasi 5.0. Dengan mengusung tema “Akselerasi & Sinergi Kaderisasi Multidimensi” Kopri PB PMII menghadirkan empat narasumber termahsyur dibidangnya. Yaitu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, M.Ag, Dr. Dianta Sebayang , Sahabat Sabolah Al-Kalamby, dan Sahabat Budi Adi Putro.
Dalam pembukaan Coaching Clinik kaderisasi yang digelar secara virtual melalui zoom meeting ketua kaderisasi Kopri PB PMII Sahabat Ummu Solihah menyampaikan “ Kopri yang merupakan bagian dari PMII memiliki banyak potensi yang besar, Oleh karena itu penting membuat skema kaderisasi multidimensi secara holistik dan matang”. Sebagai periode Transformers, Ummu menegaskan Fokus pergerakan ada pada 3 transformasi besar yaitu transformasi teknologi, transformasi kaderisasi, dan transformasi globalisasi organisasi.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh tim kaderisasi nasional Kopri PB PMII dibuka dan diapresiasi langsung oleh Ketua Kopri PB PMII Sahabat Maya Muizatil Lutfillah “Aksi kaderisasi menuju 5.0 ini berbicara akselerasi, sebagai kader Kopri yang berada dalam komunitas digital yang penuh transformasi kita harus bergeser dari berbicara secara filosofi menuju pada action, Saya menekankan kepada tim kaderisasis juga untuk menyelesaikan buku pedoman kaderisasi yang yang dibuat lebih teknis dan praktis untuk digunakan oleh seluruh kader kopri di Indonesia” Ujarnya..
Akselerasi & sinergi kaderisasi multidimensi yang menghendaki setiap kader kopri untuk menjadi transformer dilakukan melalui berbagai skema. Dalam ruang diskursus kali ini hadir Rektor UIN Raden Fatah Palembang Prof. Dr. Nyayu Khodijah, M.Ag. Pada masanya beliau adalah ketua kopri Kota Palembang dan sebagai mabinas PMII, Prof. Yayu dalam perspektif akademis menyampaikan Kebebasan Akademik di Era Disrupsi Digital ditandai dengan bebas mencari pengetahuan, mengembangkan pengetahuan,mengemukakan karya dan publikasi ilmiah,dan bebas menyebarkan pengetahuan.
Dalam perspektif berbeda Dr. Dianta Sebayang yang merupakan pakar ekonomi digital sekaligus kepala pusat Inovasi dan inkubasi bisnis LPPM UNJ, menjabarkan bahwa era 5.0 itu berbicara tentang komunitas yang digital, kedua adalah tentang digital finance dikalangan milenial. Dr. Dianta membagi menjadi 5 tema besar ; Digital financial Sources,Visi Digital Finance Roadmap Indonesia,Demografi Indonesia, Digital Lanscape dan Financial issues, beliau juga menyampaikan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia berkembang dnegan sangat baik ditandai dengan aktivitas ekonomi secra online mencapai 87%.
Tantangan era 5.0 tentu berkaitan erat pula dengan media dan informasi, kedepan kita akan berada dalam konteks 5G yang dapat memepercepat industry. Sahabat Budi Adi Putro menyampaiakn tantangan 5.0 dalam konteks jurnalisme yang menggambarkan wajah jurnalisme yang berada di perempatan jalan yang sedang menghadapi era postruth , demokratisasi, media degan tampilan dan platform baru, polarisasi dan echo chamber, jurnalis mahasiswa, dan ketimpangan gender dalam media. Dalam point terakhir beliau menegaskan adanya krisis perempuan dalam jurnalisme, padahal ruang jurnalis dapat dijadikan sebagai media dakwah dan gerakan bagi kopri untuk menyelesaikan peta persoalan perempuan ; kekerasan, stereotype, diskriminasi peran dan isu lainnya.
Tak kalah menarik Sahabat Sabolah Al Kalamby menjabarkan tentang Strategi bersaing organisasi di era digital, dalam hal harus dimulai dengan critical thinking dengan meneganali masalah, temukan skala prioritas, Penyelesaian masalah secara sistematis. Bang jend sapaannya menyarankan kita harus menjadi Cracker akan menjadi survive, pemenang. Kopri PB PMII melalui Bidang kaderisasi tentu berharap bahwa setiap kader kopri mempu menjawab setiap tantangan zaman, menjadi motor perubahan social untuk mewujudkan kehidupan yang maslahat.
Salam pergerakan !.Perkembangan teknologi dan digitalisasi yang kian bergerak cepat memicu Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) PB PMII, untuk terus mengupayakan bahwa proses kaderisasi tidak hanya adaptif tetapi juga solutif dan produktif. Menghadapi tantangan era 5.0 yang berbicara tentang komunitas digital, kopri menggelar Coaching Clinik kaderisasi Chapter 3 bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Senin (18/10/2021).
Coaching clinik kaderisasi digelar untuk ketiga kalinya diikuti oleh kurang lebih 100 peserta dari berbagai wilayah, kegiatan ini mengupayakan salah satu aksi kopri PB PMII dalam menyikapi tantangan kaderisasi 5.0. Dengan mengusung tema “Akselerasi & Sinergi Kaderisasi Multidimensi” Kopri PB PMII menghadirkan empat narasumber termahsyur dibidangnya. Yaitu Prof. Dr. Nyayu Khodijah, M.Ag, Dr. Dianta Sebayang , Sahabat Sabolah Al-Kalamby, dan Sahabat Budi Adi Putro.
Dalam pembukaan Coaching Clinik kaderisasi yang digelar secara virtual melalui zoom meeting ketua kaderisasi Kopri PB PMII Sahabat Ummu Solihah menyampaikan “ Kopri yang merupakan bagian dari PMII memiliki banyak potensi yang besar, Oleh karena itu penting membuat skema kaderisasi multidimensi secara holistik dan matang”. Sebagai periode Transformers, Ummu menegaskan Fokus pergerakan ada pada 3 transformasi besar yaitu transformasi teknologi, transformasi kaderisasi, dan transformasi globalisasi organisasi.
Kegiatan yang diselenggarakan oleh tim kaderisasi nasional Kopri PB PMII dibuka dan diapresiasi langsung oleh Ketua Kopri PB PMII Sahabat Maya Muizatil Lutfillah “Aksi kaderisasi menuju 5.0 ini berbicara akselerasi, sebagai kader Kopri yang berada dalam komunitas digital yang penuh transformasi kita harus bergeser dari berbicara secara filosofi menuju pada action, Saya menekankan kepada tim kaderisasis juga untuk menyelesaikan buku pedoman kaderisasi yang yang dibuat lebih teknis dan praktis untuk digunakan oleh seluruh kader kopri di Indonesia” Ujarnya..
Akselerasi & sinergi kaderisasi multidimensi yang menghendaki setiap kader kopri untuk menjadi transformer dilakukan melalui berbagai skema. Dalam ruang diskursus kali ini hadir Rektor UIN Raden Fatah Palembang Prof. Dr. Nyayu Khodijah, M.Ag. Pada masanya beliau adalah ketua kopri Kota Palembang dan sebagai mabinas PMII, Prof. Yayu dalam perspektif akademis menyampaikan Kebebasan Akademik di Era Disrupsi Digital ditandai dengan bebas mencari pengetahuan, mengembangkan pengetahuan,mengemukakan karya dan publikasi ilmiah,dan bebas menyebarkan pengetahuan.
Dalam perspektif berbeda Dr. Dianta Sebayang yang merupakan pakar ekonomi digital sekaligus kepala pusat Inovasi dan inkubasi bisnis LPPM UNJ, menjabarkan bahwa era 5.0 itu berbicara tentang komunitas yang digital, kedua adalah tentang digital finance dikalangan milenial. Dr. Dianta membagi menjadi 5 tema besar ; Digital financial Sources,Visi Digital Finance Roadmap Indonesia,Demografi Indonesia, Digital Lanscape dan Financial issues, beliau juga menyampaikan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia berkembang dnegan sangat baik ditandai dengan aktivitas ekonomi secra online mencapai 87%.
Tantangan era 5.0 tentu berkaitan erat pula dengan media dan informasi, kedepan kita akan berada dalam konteks 5G yang dapat memepercepat industry. Sahabat Budi Adi Putro menyampaiakn tantangan 5.0 dalam konteks jurnalisme yang menggambarkan wajah jurnalisme yang berada di perempatan jalan yang sedang menghadapi era postruth , demokratisasi, media degan tampilan dan platform baru, polarisasi dan echo chamber, jurnalis mahasiswa, dan ketimpangan gender dalam media. Dalam point terakhir beliau menegaskan adanya krisis perempuan dalam jurnalisme, padahal ruang jurnalis dapat dijadikan sebagai media dakwah dan gerakan bagi kopri untuk menyelesaikan peta persoalan perempuan ; kekerasan, stereotype, diskriminasi peran dan isu lainnya.
Tak kalah menarik Sahabat Sabolah Al Kalamby menjabarkan tentang Strategi bersaing organisasi di era digital, dalam hal harus dimulai dengan critical thinking dengan meneganali masalah, temukan skala prioritas, Penyelesaian masalah secara sistematis. Bang jend sapaannya menyarankan kita harus menjadi Cracker akan menjadi survive, pemenang. Kopri PB PMII melalui Bidang kaderisasi tentu berharap bahwa setiap kader kopri mempu menjawab setiap tantangan zaman, menjadi motor perubahan social untuk mewujudkan kehidupan yang maslahat.
Salam pergerakan !.