Goebok Indonesia adakan diskusi virtual bertema “Memperkokoh Peran Masyarakat Menangkal Paham Radikalisme Dan Ekstrimisme” , Jakarata: Kamis (21/01/21) Dengan mengadirkan H. Yayat Supriyadi, M.Si (Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Kemenag RI) dan Dr. Mulawaman Hannase, LC., MA.Hum. (Dosen Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia) sebagai narasumber.
Acara dimulai pukul 14.00 WIB dan di moderatori Trio Pambudi serta diikuti oleh puluhan partisipan dari berbagai kalangan.
“Menurut Ketua Goebok Indonesia Ruzi Setiawan bahwa diskusi virtual yang diadakan siang hari ini akan fokus pada gerakan radikalisme dan ektremisme yang ada di Indonesia. lebih lanjut ruzi mengatakan bahwa paham radikalisme dapat dikatakan tumbuh subur dikalangan pemuda diindonesia karena mereka memiliki semangat keagamaan yang tinggi namun tidak diimbangi pengetahuan keagamaan yang cukup, sehingga itu perdampak pada kurangnya rasa nasionalisme sehingga sangat mudah dipengaruhi oleh kelompok—kelompok radikalis, maka diskusi ini sangat diperlukan untuk menambah wawasan dan penguatan.”
H. Yayat Supriyadi, M.Si (Kepala Biro Umum Sekretariat Jenderal Kemenag RI) dalam pengantarnya menyampaikan di Indonesia saat ini banyak sekali paham parsial, sehingga diperlukan moderasi islam untuk menyatukan umat islam di Indonesia. Dalam konteks kehidupan bernegara, ekstrimisme adalah kata yang digunakan untuk orang-orang yang berlebihan dalam kehidupan bernegara, sehingga Gerakan ekstrimisme dapat membahayakan rasa kesatuan dan persatuan NKRI,” Ungkapnya.
“Berkaitan dengan salah satu ormas yang dibubarkan di Indonesia, pada awal berdirinya ormas tersebut sesuai dengan amal maruf nahi munkar. Namun pada akhirnya seiring dengan perkembangan zaman, ormas tersebut dibawa ke arah politik yang mengancam kedaulatan negara Indonesia. Oleh sebab itu, ormas tersebut dibubarkan karena dianggap melaksanakan gerakan yang ekstrim.” Tambahnya dalam menanggapi pertanyaan salah satu partisipan.”
Selain itu Dr. Mulawarman Hannase, LC., MA.Hum menambahkan bahwa Terorisme merupakan kegiatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban secara massal, dan/atau menimbulkan kerusakan dan kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik dan fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan. Dimensi terorisme diantaranya tidak terlepas dari agama, ekonomi, sosial, psikologi, dan politik. selain itu juga ada diisinformasi dan kurangnya wawasan keagamaan membuat para pemuda atau mahasiswa mudah terpengaruh dengan paham tersebut. Oleh sebab itu perlu kita tingkatkan lagi wawasan tersebut agar tidak terjerumus” tutup Mulawarman Hannase.
WLN/RZ